2 Comments

Pembuatan Minyak Atsiri dari Cytrus Hystrix

Isolasi Minyak Atsiri dari Daun Jeruk Purut

 

Ade Faisal-1

ABSTRAK

Jeruk purut adalah salah satu anggota suku jeruk-jerukan, Rutacea, dari jenis Citrus. Nama latinnya adalah Citrus hystrix. Tanaman Jeruk purut cukup berlimpah dialam. Daun jeruk purut mengandung sitronelal 80%, sitronelol 10%, dan limonene serta nerol 10%. Kandungan cintronelal yang terkandung dalam daun jeruk purut merupakan minyak atsiri yang dapat diperoleh dengan metode destilasi dan ekstraksi. Penyulingan dilakukan dengan penambahan air secukupnya, dan temperature yang relative karena minyak atsiri umumnya bersifat volatil lalu kemudian dilakukan proses ekstraksi. Kandungan minyak atsiri dari daun jeruk adalah sitronelal, dan sitronelol. Kandungan utamanya adalah sitronelal. Minyak atsiri yang diperoleh dari daun jeruk purut berwarna kuning pekat dan berbau menyengat.

Kata Kunci : Minyak  atsiri, Destilasi, dan Ekstraksi.

I.         PENDAHULUAN

Jeruk purut adalah salah satu anggota suku jeruk-jerukan, Rutacea, dari jenis Citrus. Nama latinnya adalah Citrus hystrix. Buahnya tidak umum dimakan, karena tak enak rasanya. Banyak mengandung asam dan berbau wangi agak keras.  Tinggi pohonnya antara 2-12 meter. Batangnya agak kecil, bengkok atau bersudut dan bercabang rendah. Batang yang telah tua berbentuk bulat, berwarna hijau tua, polos atau berbintik-bintik. Daun jeruk purut berwarna hijau kekuningan dan berbau sedap. Bentuknya bulat dengan ujung tumpul dan bertangkai. Tangkai daun bersayap lebar, sehingga hampir menyerupai daun. Daun ini banyak dipakai untuk bumbu masakan. Buah jeruk purut lebih kecil dari kepalan tangan, bentuknya seperti buah pir, tetapi banyak tonjolan dan berbintil. Kulit buahnya tebal dan berwarna hijau. Buah yang matang benar berwarna sedikit kuning. Warna daging buahnya hijau kekuningan, rasanya sangat masam dan agak pahit. (Wangsa dan Nuryati, 2009).

Minyak kulit jeruk merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang sering juga disebut dengan minyak eteris. Minyak atsiri atau minyak eteris adalah istilah yang digunakan untuk minyak yang mudah menguap dengan komposisi dan titik didih yang berbeda-beda. Di Indonesia kulit buah jeruk biasanya hanya di buang sebagai sampah dan saat ini menjadi masalah di kota-kota besar. Untuk mengatasi masalah hal tersebut, salah satu upaya yang biasa dilakukan adalah mengolah atau mendaur-ulang sampah menjadi produk atau bahan yang berguna, yaitu minyak atsiri dari kulit jeruk. Karakteristik minyak daunnya terutama didominasi oleh minyak atsiri citronelal (80%), sisanya adalah citronelol (10%), nerol dan limonena. Jeruk purut adalah istimewa karena pada jeruk-jeruk lainnya yang mendominasi adalah enantiomernya, citronelal (juga dapat ditemukan pada serai). Kulit buahnya memiliki komponen yang serupa dengan kulit buah jeruk nipis, dengan komponen utama adalah limonena dan β-pinena. Minyak atsiri merupakan minyak yang terkandung dalam bahan-bahan alami seperti dari tanaman cengkeh, serai, nilam, jeruk purut dan lain-lain (Somantri, 2009). Jeruk purut mengandung citronelal merupakan salah satu minyak atsiri. Minyak atsiri dapat diperoleh melalui proses destilasi atau penyulingan. (Guenther, 1990).

Destilasi merupakan proses pemisahan yang dilakukan berdasarkan titik didih dari suatu senyawa. Senyawa yang memiliki titik didih lebih rendah, akan terlebih dahulu menguap dan akan terpisah dari senyawa yang memiliki titik didih yang lebih tinggi, Uap yang dihasilkan akan didinginkan kembali melalui kondensor sehingga akan kembali berbentuk cair (Petrucci, 1993; Fesenden dan Fessenden, 1992). Bedasarkan jenis dari metode destilasi, terbagi menjadi beberapa jenis yaitu destilasi sederhana, destilasi berfraksi konstituen, dan destilasi vakum. Destilasi sederhana digunakan untuk memurnikan cairan yang tak dapat terurai dengan pengotornya. Destilasi konstituen digunakan pada campuran yang mimiliki perbedaan titik didih sekitar 30oC, sedangkan destilasi vakum digunakan untuk memurnikan suatu senyawa yang umumnya memiliki titik didih yang sangat tinggi, yang mana sulit difokuskan pada tekanan biasa (Day dan Underwood, 2002)

Ekstraksi merupakan suatu teknik yang digunakan dengan tujuan memisahkan campuran senyawa dari bahan padat maupun cairan dengan bantuan pelarut sehingga terjadi perpindahan suatu atau lebih zat terlarut kedalam pelarut tersebut. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen laindalam capuran (Ambarawati, 2010). Ekstraksi dapat juga dikatakan sebagai proses pemisahan suatu senyawa dari campuran yang didasari dengan tingkat kepolaran dari suatu senyawa tersebut. Prinsip ini dinamakan “like dissolved like” (Cabe, 1989). Ekstraksi dilakukan pada pembuatan minyak atsiri, hal ini dilakukan untuk memisahkan kadungan minyak atsiri (tidak larut dalam air) dengan kandungan air ataupun zat lainnya (Meyler, 1977).

II.       METODOLOGI

2.1    Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah, corong pisah, labu alas bulat, pemanas air, Erlenmeyer, gelas ukur, gelas beaker, gunting,, thermometer dan  sepertangkat alat destilasi..

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah Akuades (H­2O), Eter, Natrium Sulfat (NaSO4), dan daun jeruk purut.

2.2    Prosedur Kerja

Daun jeruk purut digunting kecil-kecil, dan ditimbang hingga 100 gram. Lalu potongan daun jeruk purut dimasukan kedalam labu destilasi dan ditambahkan air secukupnya. Kemudian didestilasi selama 2 jam. Destilat kemudian dipisahkan dengan proses ekstraksi. Ditambahkan natrium sulfat, lalu kemudian didekantasi. Ditentukan indek bias minyak atsiri serta ditentukan berat jenis dari minyak atsiri.

III.     HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan­­

Jeruk purut adalah salah satu anggota suku jeruk-jerukan, Rutacea, dari jenis Citrus. Nama latinnya adalah Citrus hystrix. Daun dari jeruk purut memiliki kandungan minyak atsiri. Karakteristik minyak daunnya terutama didominasi oleh minyak atsiri citronelal (80%), sisanya adalah citronelol (10%), nerol dan limonena (Wangsa dan Nuryati, 2009). Tujuan dari percobaan ini adalah mengisolasi minyak atsiri yang terdapat dalam daun juruk purut tersebut. Prinsip dari percobaan ini adalah mengisolasi minyak atsiri dengan penyulingan atau destilasi uap sederhana, dan mengekstraksinya agar didapatkan minyak atsiri yang murni.

Langkah awal yang dilakukan adalah penghalusan daun jeruk purut yaitu dengan menguntingnya menjadi bagian-bagian kecil. Hal ini berfungsi untuk memperbesar luas permukaan, sehingga dapat memperbesar randemen minyak atsiri yang didapat dari daun jeruk purut. Kemudian sebanyak 100 gram daun jeruk purut dimasukan kedalam labu destilasi, dan ditambahkan air secukupnya. Destilasi ini dilakukan dengan menambahkan pelarut yaitu air, untuk membantu penguapan minyak atsiri yang bersifat volatile atau mudah menguap.

Metode destilasi yang digunakan adalah metode destilasi uap. Destilasi uap ini merupakan destilasi sederhana yang biasa digunakan untuk mendapatkan minyak atsiri. Destilasi dilakukan selama 2 jam. Lamanya proses penyulingan tergantung pada tekanan yang dipergunakan. Dalam hal ini, tekanan yang dipergunakan adalah tekanan standar, sehingga perlu dilakukan penyulingan selama 2 jam. Prinsip dari destilasi uap sederhana ini ialah penggunaan tekanan stadar agak tidak merusak jaringan ataupun agar minyak tidak terdekomposisi. Tekanan dan suhu yang dipergunakan juga harus bersifat konstan, dan tidak menurun secara tiba-tiba selama proses berlangsung agar minyak tidak terdekomposisi.

Destilat yang didapat kemudian pisahkan. Destilat memiliki dua lapisan, yang mana bagian bawah merupkan akuades, dan bagian atas merupakan minyak atsiri dari daun jeruk purut. Hal ini dikarenkan berat jenis dari minyak umumnya lebih rendah jika dibandingkan dengan akuades. Menurut Daintith, 1994 mengatakan bahwa berat dari sitronelal adalah 0,85gr/ml sedangkan berat jenis akuades adalah 1 gr/ml. Tidak tercampurnya kedua larutan ini dikarenakan minyak dan air memiliki sifat kepolaran yang berbeda. Sehingga air dan akuades tidak akan saling campur. Prinsip ini dinamakan sebagai asas “like dissolved like” (Roth dan Blaschke, 1986).

Pemisahan dua lapisan ini dinamakan sebagai proses ekstraksi, yaitu menggunakan bantuan corong pisah untuk memisahkan air dengan minyak. Prinsip dari ekstraksi adalah metode pemisahan yang didasari oleh asas like dissolve like, sehingga pemisahan dilakukan berdasarkan tingkat kepolaran. Lapisan atas diambil dan ditambahkan dengan NaSO4 anhidrat. Fungsi dari natrium sulfat ini adalah sebagai pengikat air. Sehingga kandungan air yang terdapat pada minyak atsiri akan murni dan terbebas dari hidrat.

Na2SO4 + H2O     —–>      Na2SO4 . nH2O

Kemudian dilakukan dekantasi terhadap minyak atsiri. Minyak atsiri yang diproleh merupakan senyawa sitronelal yang merupakan komponen utama yang banyak terdapat dalam daun jeruk purut. Sitronelal atau rhodinal atau 3,7-dimethyloct-6-en-1-al (C10H18O) adalah monoterpenoid, komponen utama dalam campuran senyawa kimia terpenoid yang memberikan minyak sereh wangi yang khas. Memiliki massa molar 154,25 gr/mol, kepadatan 0,855gr/cm3 an titik didih 201-207oC. (Basri, 2003)

Gambar 4.1 Sitronelal

Minyak atsiri yang diperoleh harusnya diperoleh dalam jumlah yang banyak, karena dilihat dari sifat dari minyak atsiri yang bersifat volatile atau mudah menguap, dan juga minyak atsiri harusnya berwarna kuning pekat seperti minyak pada umumnya, namun hasil percobaan, minyak atsiri yang didapat tidak berwarna, namun masih memiliki bau yang khas.  Hal ini mungkin dikarenkan kurangnya ketelitian dalam mengisolasi minyak atsiri. Sitronelal memiliki indeks bias pada 20oC menggunakan reflaktometer adalah sebesar 1,4373 (Keraten 1985), dan sebesar 1,4347 (Iqbal, 2010)

IV.    PENUTUP

4.1    Kesimpulan

Minyak atsiri yang diperoleh dari daun jeruk purut adalah sitronelal yang umumnya terkandung sebanyak 80% dalam daun jeruk purut. Sitronelal memiliki indeks bias sebesar 1,43.

4.2    Saran

Saran untuk praktikum selanjutnya, penggunaan NaOH sebagai basa kuat serta dilakukan rekristalisasi pada asam benzoat yang dihasilakan.

Daftar Pustaka

 

Basri, S. 2003. “Kamus Kimia”. Rineka Cipta. Jakarta

Daintith, J. 1994. “Kamus Lengkap Kimia Oxford”. Erlangga. Jakarta.

Day R.A dan Underwood A.L. 2002. “Analisis Kimia Kuantitatif” Edisi IV. A.b : Lis Sofyan. Erlangga. Jakarta

Fessenden, J.S. dan Fessenden, R.J. 1986. “Kimia Organik”. Penerjemah : Pudjaatmaka. Erlangga. Jakarta.

Iqbal, F.M. 2010. “Identification and Toxicity Test Of Citronellal From Cymbopogon Nardus Leafs as Antifeedant of Toward Thrips in Jatropha Curcas”. Alchemy. Vol 2, No.1. Hal 104-157.

Keraten, S. 1981. “Minyak Atsiri”. Jurusan Teknologi Industri. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian. Bogor.

Mc Cabe. W. 1989. ”Operasi Teknik Kimia”. A.B: Suminar Achmadi.Erlangga. Jakarta.

McCabe, W.L., Smith, J.C., dan Harriot, P. 1991.”Unit Operation of Chemical Engineering”. McGraw Hill Book company. USA.

Meyler, D.A. 1977. “Cloresin Tintoses And Ioxtrots Dexan Ahsole. Food Floveings”. Academic and Profesional. London

Petrucci, R.H. 1993. “ Kimia dasar prinsip dan terapan modern”. Edisi keempat. Jilid 1. A.b : Suminar A. Erlangga . Jakarta

Roth, H.J. Blaschke, C. 1986.”Analisis Farmasi”. Penerjemah : Kisman dan Ibrahim. UGM-Press. Yogyakarta.

Somantri, A.S. 2009. “Sistem Infomasi Teknologi Penyulingan Minyak Atsiri : Kasus penyulingan Minyak Nilam. Prosidding. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.

Wangsa, R. Dan Nuryati, S. 2009. “Status dan Potensi Pasar Kayu Manis Organik Nasional dan Internasional”. Aliansi Organik Indonesia Bogor. Indonesia

2 comments on “Pembuatan Minyak Atsiri dari Cytrus Hystrix

  1. Saya tlah melakukan penyulingan daun jeruk purut dua kali, yg pertama menggunakan sitem boiler dg warna minyak jernih. Yg kedua dg alat sistim kukus, warna kuning kecoklatan dg aroma yg berbeda dg menggunakan sistim boiler. Bagaimana cara memurnikan minyak yg kuning kecoklatan agar menjadi jernih ??

Leave a comment